Kepribadian

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatu

   Pada hari ini saya mendapatkan sebuah materi yang sangat penting untuk menjadi seorang yang mempunyai keprobadian yang baik. Saya mendapatkan materi tersebut dari Mbah Suro. Beliau memberikan materi terbut di depan supaya semua itu memiliki kepribadian yang baik karena pada saat kita bekerja, dari pihak perusahaan itu tidak terlalu menilai dari hasil nilai melainkan menilai dari kepribadian kita etitut kita. Okeyy langsung saja kita pada pokok pembahasan.

A. Pengertian
  • Makna Kepribadian Menurut Pengertian Sehari-hari.
   Disamping itu kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yan pemula dikenakakn atribut "berkepribadian pemula". Kepada orang  supel diberikan atribut "berkepribadian supel" dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut "tidak punya kepribadian".
  • Makna Kepribadian  Menurut Psikologi
   Berdasarkan psikologi, Gordan Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
  • Struktur Kepribadian





   Eysenck berpendapat bahwa kebanyakan ahli-ahli teori kepribadian terlalu banyak mengemukakan variabel-variabel kompleks dan tidak jelas. Pendapat ini dikombinasikan dengan anlisisnya, yaitu dengan analisis faktor yang telah menghasilkan sistem kepribadian yang ditandai oleh adanya sejumlah  kecil dimensi-dimensi pokok yang didefinisikan dengan teliti dan jelas. Kepribadian sebagai organisasi tingkah laku dipandang Eysenck memiliki empat tingkatan hierarki, berturut-turut dari hierarki yang rendah:
  1. Hierarki tertinggi : Tipe/Supertrats, kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait dalam suatu dimensi yang luas.
  2. Hieararki kedua :  Trait, kumpulan kecenderungan kegiatan, koleksi respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu. Ini adalah disposisi kepribadian yang penting dan permanen.
  3. Hierarki ketiga : Kebiasaan tingkah laku atau berfikiran, kumpulan respon spesifik, tingkahlaku/ pikiran yang muncul  kembali untuk merspon kejadian yang mirip.
  4. Hierarki terendah : Respon spesifik, tingkahlaku yang secara aktual dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
   Jika dilihat dari hubungannya dengan hierarki di atas, maka dapat disebutkan bawa antar bagian dari hierarki kepribadian tersebut terjadi interaksi dan saling berpengaruh antar satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah adanya interaksi antar bagian kepribadian yang disebut sebagai specific response dan habitual response. Dimana yang disebut sebagai specific sesponse yakni perilaku atau pikiran individual yang bisa mencirikan sebuah pribadi atau tidak, misal seorang siswa yang menyelesaikan tugas membaca. Sedangkan habitual response dapat dimaknai sebagai respon yang terus berlangsung di bawah kondisi yang sama, misal jika seorang siswa seringkali berusaha sampai suatu tugas selesai dikerjakannya. Habitual response
  • Ciri-Ciri Kepribadian
   Para ahli tampaknya masih banyak beragam dalam memberikan rumsusan tentang kepribadian. Dalam suatu penilitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allprot (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzwy, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat darinstudi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa keprinadian adalah organisasi dinamis dala diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
   Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungandan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam beinteraksi dengan lingkungannya.
   Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya : teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud, teori Analitik dari Carl Gustay  Jung, teori Sosisal Psikologis dari Adler, Frimm, Horny dan Sullivan, teori Personologi dari Murry, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, teori Medan dari Kurt Lewin, teori Psikologi Individual dari Allport, teori Stimulus-Respons dari Throndike, Hull, Watson, teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya. Smentara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di  dalamnya mencakup:
  • Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
  • Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, aau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari ligkungan.
  • Sikap sambutan terhadap onjek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
  • Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional yterhadap rangsangan dari lingkungan Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, atau putus asa.
  • Responsibilitas (tanggungjawab) adalah kesiapan utntuk menerima resika dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau melariikan diri dari risiko yang dihadapi.
  • Sosiabilitas aitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut:

Kepribadian Yang Sehat
  • Mampi menilai diri sendiri secara reakistik: mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
  • Mampu menilai situasi secara realistik: dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisikehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna:
  • Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik: dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hiduup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik.
  • Menerima tanggung jawab: dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
  • Kemandirian: memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta mentesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkkungannya. 
  • Dapat mengontrol emosi, merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif, tidak destruktis (merusak).
  • Berorientasi tujuan: dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
  • Berorientasi keluar (ekstrovert): bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya. Penerimaan sosial: mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
  • Memiliki filsafat hidup: mengarahkan hidupnya berdasarkan filsifat hidup yang berakar dari kenyakinan agama yang dianutnya.
  • Berbahagia: situasi kehidupannya  diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).


Kepribadian yang tidak sehat
  • Mudah marah (tersinggung)
  • Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
  • Sering merasa tertekan (stress dan depresi)
  • Bersikap kejam  atau senang mengganggu orang lain yang usianya  lebih muda atau terhadap binatang
  • Ketidakmampuan untuk menghindari dari perilaku menyimpang  meskipun sudah diperingati atau dihukum
  • Kebiasaan berbohong
  • Hiperaktif
  •  Bersikap memusuhih semua bentuk otoritas
  • Senang mengkritik /mencemooh orang lain
  • Sulit tidur 
  • Kurang memiliki rasa tanggung jawab
  • Sering mengalami  pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor  yang bersifat organis)
  • Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama
  • Pesimis dalam menghadapi kehidupan
  • Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

Faktor-faktor penentu kepribadian

Faktor Keturunan
   Keturunan merujuk pada faktor genetik seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gende, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap , entak sepenuhnya atau seara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu. Terdapat tida dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsisten kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai  situasi.
   Penelitian terhadapa anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa eberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang mempengaruhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
   Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberikan kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu mempengaruhi  perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

Faktor Lingkungan
   Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana sseseorang tumbuh dan dibesarkan: norma dalam keluarga, teman dan kelompok sosial: dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat dialami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generai berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kulkur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut senderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga dari pada pekerjaan dan karier.

Sifat-sifat kepribadian
   Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seseorang individe adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai  situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama menyakii bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.


B.Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian

Sekian dari saya kurang lebihnya mohon dimaafkan.

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatu

      Komentar